Kamis, 18 September 2025

Tugas Terstruktur 01 - Produksi Modern Berkelanjutan

 


Abstrak

Tulisan ini merupakan refleksi kritis terhadap klaim keberlanjutan dalam praktik produksi modern. Di satu sisi, perkembangan teknologi, inovasi energi terbarukan, dan penerapan prinsip ekonomi sirkular telah memberikan harapan tercapainya produksi yang lebih ramah lingkungan. Namun, di sisi lain, masih terdapat kontradiksi mendasar antara logika pertumbuhan ekonomi tanpa batas dengan keterbatasan sumber daya alam. Artikel ini menyoroti bagaimana konsep sustainability kerap direduksi menjadi jargon pemasaran (greenwashing), serta bagaimana sistem produksi global sering kali tetap menimbulkan ketimpangan sosial, degradasi ekologi, dan jejak karbon yang tinggi. Dengan demikian, refleksi kritis ini menekankan perlunya peninjauan ulang atas praktik produksi modern, agar keberlanjutan tidak hanya bersifat simbolik, tetapi benar-benar menyentuh aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara utuh.

Kata kunci: Produksi modern, keberlanjutan, greenwashing, ekonomi sirkular, refleksi kritis, lingkungan.

Pendahuluan

Produksi modern sering dipandang sebagai simbol kemajuan peradaban manusia. Melalui penerapan teknologi canggih, otomatisasi, dan inovasi berkelanjutan, dunia industri mampu menghasilkan barang dan jasa dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat global. Tidak hanya itu, munculnya konsep ekonomi hijau, energi terbarukan, dan ekonomi sirkular semakin memperkuat narasi bahwa sistem produksi saat ini sedang menuju arah yang lebih berkelanjutan.
Namun, di balik narasi optimistis tersebut, terdapat sejumlah pertanyaan mendasar yang perlu dikaji secara kritis. Apakah produksi modern benar-benar telah berkelanjutan, ataukah sekadar melahirkan ilusi keberlanjutan melalui praktik pemasaran yang dikenal sebagai greenwashing? Meskipun banyak perusahaan mengklaim mengadopsi prinsip ramah lingkungan, realitasnya eksploitasi sumber daya alam masih berlangsung secara masif, ketimpangan sosial tetap menganga, dan emisi karbon global belum menunjukkan penurunan signifikan.

Permasalahan
  1. Eksploitasi sumber daya alam berlebihan   Pertumbuhan industri masih sangat bergantung pada ekstraksi bahan baku menyebabkan kerusakan lingkungan, dan penurunan keanekaragaman.
  2. Emisi dan pencemaran – Penggunaan energi fosil serta limbah industri terus menyumbang peningkatan emisi karbon dan pencemaran air, udara, serta tanah.
  3. Greenwashing – Banyak perusahaan menggunakan label “hijau” atau “ramah lingkungan” hanya sebagai strategi pemasaran, tanpa perubahan substansial dalam praktik produksinya.
  4. Ketimpangan sosial – Modernisasi produksi seringkali memperbesar kesenjangan, karena keuntungan ekonomi terkonsentrasi pada pihak tertentu, sementara pekerja dan masyarakat sekitar industri menanggung beban sosial maupun kesehatan.
  5. Paradoks pertumbuhan – Konsep keberlanjutan sering terjebak dalam dilema: bagaimana mungkin mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa batas dalam dunia dengan sumber daya yang terbatas?
Pembahasan

Produksi modern sering diklaim lebih berkelanjutan melalui penggunaan teknologi canggih, energi terbarukan, dan konsep ekonomi sirkular. Namun, kenyataannya masih terdapat banyak kontradiksi. Eksploitasi sumber daya alam tetap masif, emisi karbon global belum menurun, dan limbah industri masih mencemari lingkungan. Selain itu, praktik greenwashing menjadikan keberlanjutan sebatas jargon pemasaran. Dari sisi sosial, otomatisasi memang meningkatkan efisiensi, tetapi juga menimbulkan hilangnya lapangan kerja serta beban lingkungan yang ditanggung masyarakat sekitar industri. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan dalam produksi modern masih bersifat parsial. Agar benar-benar tercapai, diperlukan perubahan paradigma: bukan hanya mengejar efisiensi, tetapi juga menyeimbangkan kepentingan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan keadilan sosial.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan: 
Produksi modern memang membawa banyak kemajuan teknologi dan efisiensi, namun klaim keberlanjutannya masih dipertanyakan. Eksploitasi sumber daya, emisi karbon, greenwashing, serta ketimpangan sosial menunjukkan bahwa praktik berkelanjutan belum sepenuhnya terwujud. Selama orientasi utama hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan produksi cenderung menjadi slogan, bukan kenyataan.

Saran: 
  1. Bagi industri, perlu mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam dan lebih serius menerapkan prinsip ekonomi sirkular, bukan sekadar pencitraan hijau.
  2. Bagi pemerintah, perlu regulasi yang tegas untuk mengawasi praktik produksi agar benar-benar ramah lingkungan dan adil secara sosial.
  3. Bagi masyarakat, perlu meningkatkan kesadaran kritis dalam memilih produk, agar tidak mudah terjebak oleh klaim keberlanjutan semu.
Daftar Pustaka 
  • Daly, H. E. (1996). Beyond Growth: The Economics of Sustainable Development. Beacon Press.
  • Elkington, J. (1999). Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business. Capstone.
  • Geissdoerfer, M., Savaget, P., Bocken, N. M. P., & Hultink, E. J. (2017). The Circular Economy – A new sustainability paradigm? Journal of Cleaner Production, 143, 757–768. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.12.048
  • Meadows, D. H., Meadows, D. L., Randers, J., & Behrens, W. W. (1972). The Limits to Growth. Universe Books.
  • United Nations. (2015). Transforming our world: The 2030 Agenda for Sustainable Development. United Nations. https://sdgs.un.org/2030agenda 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Mandiri - 04 Critical Review Implementasi Circular Economy

[Circular economy in textiles - Arthamevia Pramuditha - 41624010027] Identifikasi Sumber  Judul: Implementing Circular Economy in the Textil...