Arthamevia Pramuditha
Rabu, 24 Desember 2025
Tugas Mandiri 14 - Identifikasi Potensi Simbiosis di Lingkungan Sekitar
Identifikasi Potensi Simbiosis
di Lingkungan Sekitar
1. Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan di Kantin Kampus, yang terdiri dari beberapa tenant makanan dan minuman seperti warung nasi, kedai kopi, dan penjual makanan ringan. Aktivitas operasional berlangsung setiap hari dan menghasilkan berbagai jenis limbah organik maupun non-organik.
(Foto situasi kantin dapat dilampirkan pada bagian ini)
2. Identifikasi Masalah Limbah
Berdasarkan hasil observasi, limbah yang paling banyak menumpuk dan belum terkelola dengan baik adalah limbah organik dari sisa makanan dan ampas minuman. Limbah tersebut umumnya langsung dibuang ke tempat sampah umum tanpa pemilahan, sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan potensi pencemaran lingkungan.
3. Inventarisasi Limbah (Resource Mapping)
| Jenis Limbah | Sumber | Perkiraan Volume | Kondisi Saat Ini |
|---|---|---|---|
| Sisa makanan (nasi & lauk) | Tenant makanan | ±15 kg/hari | Dibuang ke tempat sampah umum |
| Ampas kopi | Kedai kopi kantin | ±8–10 kg/hari | Dibiarkan basah dan dibuang |
| Air buangan AC | Gedung sekitar kantin | ±100 liter/hari | Dialirkan ke selokan |
4. Perancangan Simbiosis Sederhana
Berdasarkan jenis dan karakteristik limbah yang ditemukan, berikut adalah rancangan simbiosis sederhana yang berpotensi diterapkan di lingkungan kampus:
Diagram Alur Simbiosis:
- Sisa makanan kantin → Peternakan maggot (BSF) → maggot digunakan sebagai pakan ikan atau unggas
- Ampas kopi → Kebun kampus / komunitas jamur → media tanam jamur atau kompos bernutrisi tinggi
- Air buangan AC → Penyiraman tanaman kampus → penghematan air bersih
5. Manfaat Simbiosis
Jika konsep simbiosis ini diterapkan, manfaat yang dapat diperoleh antara lain:
- Mengurangi volume sampah organik yang dibuang ke TPA
- Mencegah bau dan kondisi becek di area belakang kantin
- Menghemat biaya pengangkutan dan pengelolaan sampah
- Memberikan nilai ekonomi dari limbah yang sebelumnya tidak bernilai
Tugas Identifikasi Potensi Simbiosis – Skala Mikro (Lingkungan Sekitar)
Tugas Terstruktur 14 - Pemetaan Simbiosis Industri
Pemetaan Jaringan Simbiosis Industri
(Eco-Industrial Network Map)
Bagian I. Deskripsi Aktor Industri
Kawasan Industri Ekologis (Eco-Industrial Park) fiktif ini dirancang untuk mengintegrasikan beberapa industri yang saling terhubung melalui pertukaran material, energi, dan air guna meningkatkan efisiensi sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan.
-
Pembangkit Listrik
Input: Batubara / Biomassa, Air pendingin
Output: Listrik, Uap panas (steam), Abu sisa pembakaran -
Pabrik Kertas
Input: Serat kayu, Air proses, Energi panas
Output: Kertas, Lumpur limbah (sludge), Air limbah terolah -
Pabrik Gula
Input: Tebu, Air, Energi
Output: Gula, Ampas tebu (bagasse), Air limbah organik -
Pabrik Pupuk Organik
Input: Limbah organik, Air proses
Output: Pupuk organik padat dan cair
Bagian II. Eco-Industrial Network Map
Diagram berikut menunjukkan hubungan simbiosis antar industri dengan kode warna aliran sumber daya: Merah = Energi, Biru = Air, Hijau = Material.
Keterangan:
● Merah = Energi
● Biru = Air
● Hijau = Material
Bagian III. Tabel Sinergi Industri
| Dari | Menuju | Jenis Sumber Daya | Manfaat |
|---|---|---|---|
| Pembangkit Listrik | Pabrik Kertas | Uap Panas (Energi) | Mengurangi konsumsi boiler mandiri |
| Pabrik Gula | Pabrik Pupuk | Bagasse | Bahan baku pupuk organik |
| Pabrik Kertas | Pabrik Pupuk | Lumpur Limbah | Mengurangi limbah ke TPA |
| Pabrik Kertas | Pabrik Gula | Air Terolah | Menghemat air baku |
Bagian IV. Analisis Dampak dan Tantangan
Implementasi jaringan simbiosis industri ini secara kualitatif mampu mengurangi pembuangan limbah hingga ±30–40% serta menekan konsumsi energi primer dan air bersih di masing-masing industri.
Selain manfaat lingkungan, integrasi ini juga berpotensi menurunkan biaya operasional dan meningkatkan ketahanan pasokan energi dan material.
Tantangan utama dalam implementasi jaringan ini adalah penurunan kualitas energi (misalnya suhu uap panas) jika jarak antar industri terlalu jauh, sehingga diperlukan perencanaan tata letak kawasan yang optimal.
3 Refrensi Buku:
1. Graedel, T. E., & Allenby, B. R. (2003). Industrial Ecology. Prentice Hall.
→ Referensi utama konsep ekologi industri dan simbiosis industri.
2. Chertow, M. R. (2000). Industrial Symbiosis: Literature and Taxonomy. Annual Review of Energy and the Environment, 25, 313–337.
→ Jurnal klasik tentang konsep dan model simbiosis industri.
3. Sulaiman, F. (2021). Desain Simbiosis Industri dalam Kawasan Industri Menuju Eco-Industrial Park. UNTIRTA Press.
→ Referensi lokal Indonesia untuk pengembangan Eco-Industrial Park.
Laporan Pemetaan Simbiosis Industri – Eco-Industrial Park
Tugas Mandiri 13 - Audit Energi Mandiri pada Fasilitas Produksi Sederhana
Audit Energi Mandiri pada Fasilitas Produksi Sederhana
(Studi Kasus: Kantin Usaha Kuliner Skala Kecil)
1. Deskripsi Fasilitas
Audit energi mandiri ini dilakukan pada sebuah kantin usaha kuliner skala kecil yang beroperasi di lingkungan sekitar kampus/permukiman. Kantin ini memproduksi makanan siap saji setiap hari dengan waktu operasional rata-rata 12 jam per hari atau sekitar 84 jam per minggu.
Aktivitas utama meliputi proses memasak, menjaga makanan tetap hangat, penyimpanan bahan makanan, serta penerangan area kerja. Energi yang digunakan berasal dari listrik PLN dan bahan bakar LPG.
(Foto fasilitas dapat dilampirkan pada bagian ini)
2. Inventarisasi Peralatan Konsumsi Energi
Berdasarkan hasil observasi langsung, ditemukan lima peralatan utama yang mengonsumsi energi secara rutin dalam satu minggu operasional.
| No | Peralatan | Daya (W) | Durasi (jam/minggu) | Energi (kWh/MJ) |
|---|---|---|---|---|
| 1 | Magic Com Kapasitas Besar | 300 W | 84 jam | 25,2 kWh |
| 2 | Kulkas | 150 W | 168 jam | 25,2 kWh |
| 3 | Lampu LED (5 unit) | 50 W | 60 jam | 3,0 kWh |
| 4 | Kipas Angin | 80 W | 60 jam | 4,8 kWh |
| 5 | Kompor Gas (LPG) | - | ±20 jam | 180 MJ |
3. Perhitungan Total Konsumsi Energi
3.1 Total Konsumsi Energi Listrik
- Magic Com = 25,2 kWh
- Kulkas = 25,2 kWh
- Lampu LED = 3,0 kWh
- Kipas Angin = 4,8 kWh
Total Konsumsi Listrik = 58,2 kWh/minggu
3.2 Konversi Energi ke Mega Joule (MJ)
Konversi dilakukan agar seluruh sumber energi berada dalam satuan yang sama.
- Listrik: 58,2 kWh × 3,6 MJ = 209,5 MJ
- LPG: 180 MJ
Total Konsumsi Energi Keseluruhan = 389,5 MJ/minggu
4. Identifikasi Titik Kritis (Energy Hotspot)
Berdasarkan proporsi konsumsi energi, peralatan dengan konsumsi energi tertinggi adalah Magic Com dan Kulkas, masing-masing sebesar 25,2 kWh per minggu.
Magic Com menjadi titik kritis utama karena meskipun dayanya relatif sedang, alat ini menyala hampir sepanjang waktu operasional dalam mode pemanas.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi tinggi tidak selalu disebabkan oleh daya besar, tetapi juga oleh durasi penggunaan yang panjang.
5. Usulan Perbaikan Konsumsi Energi
Untuk mengurangi konsumsi energi pada titik kritis tersebut tanpa menurunkan kualitas produksi, rekomendasi yang dapat diterapkan adalah:
- Menggunakan wadah nasi berisolasi termal (termos nasi) setelah nasi matang, sehingga Magic Com dapat dimatikan.
- Mengatur jadwal memasak agar tidak terlalu lama berada pada mode pemanas.
- Melakukan evaluasi berkala terhadap kebiasaan penggunaan peralatan listrik.
Laporan Audit Energi Mandiri – Skala Mikro
Tugas Terstruktur 13 - Analisis Aliran Energi dan jejak Karbon pada Proses Produksi Mikro
Analisis Aliran Energi dan Jejak Karbon
pada Proses Produksi Usaha Mikro
A. Profil Unit Usaha dan Diagram Alir
Unit usaha yang dianalisis dalam tugas ini adalah Usaha Laundry Kecil yang melayani pencucian pakaian rumah tangga. Proses produksi pada usaha ini memanfaatkan energi listrik dan bahan bakar gas dalam kegiatan operasional sehari-hari.
Alur Proses Produksi:
- Penerimaan pakaian kotor dari pelanggan
- Pencucian menggunakan mesin cuci listrik
- Pengeringan menggunakan mesin pengering
- Penyetrikaan menggunakan setrika listrik
- Pengemasan dan pengambilan oleh pelanggan
Titik masuk energi utama terdapat pada mesin cuci, mesin pengering, setrika, serta lampu penerangan area kerja.
B. Identifikasi Sumber dan Intensitas Energi
| Sumber Energi | Jenis Energi | Estimasi Pemakaian/Bulan |
|---|---|---|
| Listrik PLN | Direct Energy | 450 kWh |
| LPG | Direct Energy | 6 tabung LPG 3 kg |
C. Perhitungan Dasar (Analisis Kuantitatif)
1. Konversi Energi ke Mega Joule (MJ)
- Listrik: 450 kWh × 3,6 MJ = 1.620 MJ
- LPG: 18 kg × 46 MJ = 828 MJ
Total Konsumsi Energi: 2.448 MJ/bulan
2. Intensitas Energi
Jika dalam satu bulan usaha mencuci rata-rata 900 kg pakaian, maka intensitas energi adalah:
2.448 MJ ÷ 900 kg = 2,72 MJ/kg pakaian
3. Estimasi Jejak Karbon
- Listrik: 450 kWh × 0,85 kg CO₂ = 382,5 kg CO₂
- LPG: 18 kg × 2,9 kg CO₂ = 52,2 kg CO₂
Total Emisi Karbon: ± 434,7 kg CO₂/bulan
D. Analisis Efisiensi dan Rekomendasi
Dari hasil observasi dan perhitungan, ditemukan beberapa potensi kehilangan energi, seperti mesin yang tetap menyala saat tidak digunakan dan panas setrika yang terbuang ke lingkungan.
Rekomendasi Efisiensi Energi:
- Mengoperasikan mesin cuci dan pengering hanya saat muatan penuh.
- Mengganti lampu konvensional dengan lampu LED hemat energi.
- Menjadwalkan waktu menyetrika agar setrika tidak sering hidup-mati.
Disusun sebagai tugas Analisis Energi dan Jejak Karbon – Mahasiswa Teknik/Manajemen Industri
Tugas Mandiri 12 - Mengamati Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan
Mengamati Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan (Studi Observasi di Kantin Kampus)
Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan di kantin kampus pada jam makan siang, ditemukan berbagai praktik konsumsi yang tergolong tidak berkelanjutan. Perilaku-perilaku ini umumnya dilakukan secara berulang dan telah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar konsumen. Berikut adalah rangkuman hasil pengamatan terhadap lima contoh perilaku konsumsi tidak berkelanjutan yang paling sering terjadi.
| No | Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan | Frekuensi Kejadian | Dampak Negatif Utama |
|---|---|---|---|
| 1 | Membeli air mineral dalam botol plastik sekali pakai dan langsung membuangnya setelah sekali minum. | Sangat Sering | Penumpukan sampah plastik sekali pakai yang sulit terurai. |
| 2 | Penggunaan kemasan styrofoam dan kantong plastik untuk makanan take away. | Sangat Sering | Limbah kemasan sekali pakai yang berpotensi mencemari tanah dan air. |
| 3 | Sisa makanan tidak dihabiskan dan langsung dibuang ke tempat sampah. | Sering | Pemborosan makanan dan sumber daya produksi pangan. |
| 4 | Konsumen tidak membawa wadah atau alat makan sendiri meskipun sering makan di kantin. | Sering | Peningkatan volume sampah kemasan sekali pakai. |
| 5 | Membeli makanan secara berlebihan akibat lapar mata atau promo. | Sering | Peningkatan limbah makanan dan pemborosan biaya. |
-
Abstrak Tulisan ini merupakan refleksi kritis terhadap klaim keberlanjutan dalam praktik produksi modern. Di satu sisi, perkembangan tekno...
-
JURNAL 21 A critical review on the environmental impact of manufacturing: a holistic perspective — The International Journal of Advanced ...
-
Pengamatan Sistem Industri, Teknologi dan Dampaknya terhadap Minimarket Modern di Lingkungan Perkotaan Sebagai bagian dari refleksi awal dal...